Oleh: Tim Redaksi Media KMBY
Di tengah skeptisisme sebagian anak muda terhadap kuliah yang dianggap mahal, membosankan, atau tidak menjamin masa depan kisah seperti yang dilakukan oleh Mahrus Ali layak menjadi bahan renungan.
Mahrus bukan mahasiswa biasa. Ia bukan pula tipe anak muda yang sekadar datang ke kelas, duduk manis, lalu pulang tanpa arah. Di balik statusnya sebagai mahasiswa jurusan Ekonomi dan Perbankan Syariah di Universitas Alma Ata Yogyakarta, Mahrus adalah pemilik dua kandang sapi besar yang ia kelola sendiri di dua kota berbeda: Bangkalan dan Bantul. Sementara teman-teman sebayanya sibuk membuat konten TikTok atau mencari gaya hidup instan, ia memilih turun langsung ke kandang, memantau pakan, mengelola pasar, dan tentu saja, belajar.
Banyak orang bilang kuliah itu tidak penting. Tapi kisah Mahrus menunjukkan sebaliknya: kuliah bisa jadi sumber ide, alat navigasi, dan bahkan modal utama untuk membangun usaha. Ia memadukan tradisi keluarganya sebagai peternak sapi dengan ilmu ekonomi yang ia pelajari di kampus. Hasilnya bukan hanya sapi-sapi gemuk yang laku di Kalimantan dan Bali, tapi juga sebuah sistem bisnis yang dikelola dengan perhitungan yang matang dan visi jangka panjang.
Hal yang paling menarik dari perjalanan Mahrus adalah cara ia melihat Pendidikan, bukan sebagai tujuan, akan tetapi sebagai alat. Ia tidak berhenti di nilai IPK atau lulus cepat. Ia justru membawa kuliahnya ke kendang perbisnisan.
"Saya tidak ingin pendidikan hanya berhenti di ruang kuliah. Saya ingin membuktikan bahwa ilmu ekonomi juga bisa hidup di kandang sapi,” ujar Mahrus.
Pernyataan itu seolah menjadi sindiran halus bagi kita semua yang masih memisahkan "dunia kampus" dan "dunia nyata". Padahal, bukankah seharusnya keduanya berjalan seiring?
Hari ini, banyak anak muda punya semangat tinggi, tapi kehilangan arah. Banyak yang ingin sukses, tapi bingung mulai dari mana. Di sinilah pentingnya pendidikan. Bukan hanya untuk gelar atau pekerjaan kantoran, tapi untuk memperluas cara berpikir dan melahirkan ide-ide baru. Dari kuliah, kita bisa belajar membaca peluang, memecahkan masalah, dan melihat potensi usaha yang mungkin selama ini tersembunyi di depan mata.
Mahrus memulai dari sapi, sesuatu yang sangat sederhana dan dekat dengannya sejak kecil. Tapi lewat ilmu dan semangat, ia bisa mengubahnya menjadi usaha yang berkelanjutan dan berdampak. Ia tidak menunggu jadi sarjana dulu baru mulai. Justru sambil kuliah, ia sudah membangun. Inilah pola pikir yang perlu ditiru: belajar sambil bergerak.
Indonesia tidak kekurangan anak muda pintar. Yang kurang adalah anak muda yang mau berpikir jangka panjang, yang berani memulai, dan yang melihat kuliah sebagai batu loncatan, bukan garis akhir.
Kisah Mahrus Ali bukan tentang sapi. Bukan juga semata tentang usaha. Tapi tentang bagaimana pendidikan bisa menyatu dengan kerja keras, dengan tanah, dengan tradisi, dan dengan mimpi. Ia membuktikan bahwa kuliah bisa membawa perubahan nyata, jika kita serius dan punya arah. Jadi, untuk para pemuda yang sedang kuliah atau baru mau masuk,
Jangan jadikan kampus sebagai tempat numpang absen. Jadikan kampus sebagai ruang eksplorasi ide, dan buktikan bahwa ilmu yang kalian bawa keluar dari ruang kelas bisa membangun masa depan dengan cara kalian sendiri.
Halwani Mahasiswa UIN Sunan Kali Jaga

0 Komentar